GERAKAN LITERASI SEKOLAH
DARI PUCUK HINGGA AKAR
Pada suatu sore
di Kota Bandung, dari sebuah kamar
yang dihuni lelaki keras kepala pecandu narkoba, sesenggukan tangis mengalun dan menghampiri pendengaran sang bunda
di balik pintu. Nico, mahasiswa yang
tengah terancam dikeluarkan (drop out)
dari kampusnya itu, kemudian melakukan hal ajaib di luar dugaan
orang tua
yang telah putus asa terhadapnya: menyelesaikan skripsi danmenuntaskan
rehabilitasi ketergantungan obat.
Di tempat lain,
seorang dokter gigi yang menunggu penerimaan
Pegawai Negeri Sipil,
tiba-tiba mengubah pikirannya. Ia tidak lagi mau tergantung pada pemerintah. Ia berusaha
mandiri dan bekerja keras sehingga berhasil membangun mimpinya yaitu
memiliki tempat praktik
sendiri.1
Kedua orang
itu, juga banyak
yang lainnya, tiba-tiba berubah bukan lantaran terkena sihir Harry Potter. Atau baru bertemu psikiater, ahli
agama, bahkan motivator hebat. Mereka berubah karena melakukan sesuatu yang
sebenarnya biasa-biasa saja: membaca buku.
Bagaimana bisa buku mengubah
pikiran dan perilaku
banyak orang? Sebegitu
hebatkah buku sehingga setelah dibaca, seorang
konsumen narkoba insaf dan bertekad
menyelesaikan skripsi yang telah
lama ditinggalkan, dan seorang lulusan perguruan tinggi memilih berwirausaha daripada menjadi PNS.
Andrea Hirata, penulis buku
Laskar Pelangi itu,
bukanlah seorang motivator, ahli agama, bahkan psikiater. Ia hanya pegawai
biasa sebuah
BUMN yang
sedikit sekali
membaca buku
sastra. Namun, ketulusannya
membuat buku tersebut—yang awalnya
tidak diniatkan untuk diterbitkan—guna dipersembahkan kepada guru sekolah
tercintanya, menarik minat
masyarakat luas
untuk membaca
dan mengubah
pola pikir
serta menggerakkan
perilaku hebat. Buku itu bahkan menarik
minat akademisi untuk mencermati
dan menjadi kajian penelitian
banyak mahasiswa pascasarjana (tesis, disertasi).
Baca lebih lengkap, download bukunya : Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar